Thursday, April 27, 2017

Pelajaran dari Video Games: Kesulitan dan Tingkatannya


Kadang saya merenung bahwa di dalam video games itu seperti sebuah simulasi kehidupan yang memiliki banyak persamaan dan perumpamaan yang bisa dijadikan pelajaran di dalam dunia nyata. Salah satu yang saya renungkan adalah tentang tingkat kesulitan dalam video games.
Tingkat kesulitan atau difficulty level umum nya dapat kita pilih di menu "options" atau mungkin saat setelah memilih menu "play". Beberapa gamers terutama para pemula yang tidak ingin terlalu capek dan pusing biasanya akan memilih tingkat kesulitan paling mudah terlebih dahulu. Tingkat kesulitan ini biasanya akan dinamai "easy" atau "easiest" atau "very easy" atau "beginer" dan sebagainya.

Namun ada juga beberapa gamers yang memiliki kepercayaan diri tinggi yang justru langsung memilih tingkat kesulitan yang paling sulit yang biasanya dinamai "hard" atau "hardest" atau "expert" atau "very hard" dan lain-lain.

Dilihat dari cara memilih tingkat kesulitan kira-kira gamers itu dapat digolongkan ke dalam beberapa kelompok:

  1. Gamer Step by Step: Para gamers jenis ini mereka akan memulai dari tingkat kesulitan paling mudah. Namun seiring progress mereka akan mulai meningkatkan tingkat kesulitannya secara bertahap sesuai dengan kemampuannya.
  2. Gamer Gak mau Ribet/Gak mau Susah: Tanpa basa-basi biasanya akan langsung memilih tingkat kesulitan paling gampang. Mereka ogah meningkatkan tingkat kesulitannya karena menurut mereka games itu cuma buat senang-senang bukan untuk mempersulit diri sendiri. Apabila mereka mencoba game yang cukup sulit untuk di mainkan mereka akan menyerah dan tidak akan memainkannya lagi.
  3. Gamer Keras Kepala yang over PeDe: Gamer jenis ini biasanya akan langsung memilih tingkat kesulitan paling sulit walaupun mereka sadar mereka belum pandai bermain game yang mereka mainkan. Para gamer jenis ini masih ngotot walaupun sudah berulangkali kalah atau mendapatkan layar "Game Over", mereka masih tetap mempertahankan untuk bermain di tingkat kesulitan paling sulit tanpa pernah berfikir dan mencoba tinggat kesulitan yang satu level dibawahnya.
  4. Gamer yang suka tantangan tapi masih tau diri: Langsung memilih tingkat kesulitan paling susah, namun mereka secara bertahap akan menurunkan level/tingkat kesulitannya apabila mereka merasa belum mampu. Dan akan meningkatkannya lagi apabila mereka merasa sudah cukup mampu.
  5. Gamer yang memilih tingkat kesulitan default: kebanyakan gamer jenis ini sangat mungkin tidak mengerti cara memilih tingkat kesulitan, biasanya mereka akan memilih tingkat kesuliatan default, yang biasanya tingkat kesulitannya sedang-sedang saja atau "medium". Tapi mungkin juga merupakan gamers yang sengaja ingin bermain di tingkatan sedang atau mungkin kebingungan mau memulai dari tingkatan apa.
Tingkat Kesulitan Dinamis
Pada beberapa games ada fitur yang dapat merubah tingkat kesulitan secara dinamis, secara otomatis tingkat kesulitan akan dinaik atau diturunkan tergantung progress atau kemampuan kita. Menurut saya seharusnya pada game-game modern ada fitur semacam ini. Logikanya, jika kita bermain di level yang terlalu mudah, maka kita akan mulai bosan karena tantangannya kurang sedangkan sebaliknya jika kita selalu kalah karena bermain di tingkat kesulitan yang susah maka kita pun akan mulai frustasi, jengkel, stress dan sebagainya.

Game yang terlalu sulit vs Game yang terlalu mudah Game apa yang yang terlalu mudah untuk dimainkan? Dulu ketika saya ngajarin main games ke anak-anak atau orang yang baru belajar main games saya akan memilih game Dynasty Warriors, karena games ini sangat mudah. Menghajar KO seribu orang merupakan hal yang mudah dilakukan di dalam game ini. Hahaha, bagi saya game ini sangat membosankan namun developer game ini cukup pandai dengan membuat banyak karakter unlockable, senjata, kuda, movie dan lain-lain. Sehingga saya rela menamatkan game tersebut sampai 100%.

Sebaliknya ada juga game terlalu susah, sulit, bahkan rumit. Game jenis ini biasanya memiliki penggemar setia sendiri. Namun sayangnya game yang terlalu sulit ini membatasi gamer awam atau pemula untuk menikmatinya. Saya tidak terlalu suka dengan game yang terlalu sulit karena sangat mungkin hanya saya saja yang dapat menikmatinya, berbeda dengan game yang mudah, saya dapat mengajak teman, sodara, dan keluarga untuk bersama menikmatinya. Saya pribadi lebih menyukai game-game yang memiliki beberapa tingkat kesulitan dari yang paling mudah sampai yang paling susah yang mungkin imposoble saya selesaikan.

Tingkat Kesulitan Game vs Dunia nyata
Nah ini dia yang ingin saya bahas. Pada umumnya di dalam game, awalnya kita akan mulai bermain di tingkat kesulitan paling mudah. Lalu naik level dan tingkat kesulitan pun akan bertambah dan terus bertambah susah dan semakin sulit begitu pula dengan kemampuan kita yang semakin meningkat. Saya pikir ini pun terjadi di kehidupan nyata. Dulu ketika saya masih SD saya mengira jadi anak SMP itu enak, dan ternyata setelah SMP ternyata biasa-biasa saja malah sedikit lebih sulit. Begitu pula ketika saya SMP, saya berkhayal bahwa jadi anak SMA itu enak, eh ternyata lebih susah dan seterusnya sampai kuliah, bekerja, lalu menikah. Di dalam game pun seperti itu ketika bermain di level 1 kadang kita mengira setelah melewatinya maka kita akan mendapatkan level yang lebih mudah, namun ternyata sebaliknya, level selanjutnya selalu lebih susah.
...

kesanggupannya melainkan seseorang Allah membebani tidak
"Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya ... "
Al-Baqarah (02:286)
Ternyata bukan game saja yang mengajarkan kita tentang tahapan dalam tingkat kesulitan. Ternyata jauh sebelumnya Tuhan pun mengajarkan demikian, bahwa Dia tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.

Semakin pandai = semakin sulit?
Banyak orang di dunia ini selalu berharap kemudahan di dalam hidupnya, padahal seperti halnya di dalam video game. Semakin jauh progress maka umumnya akan semakin sulit, kecuali kita bermain curang, menggunakan cheat misalnya. Perbedaanya pada beberapa video game tertentu kita masih boleh menggunakan cheat, namun di dunia nyata? Apakah kita boleh curang? Hmmmm kesenangan instan yang mempermudah tingkat kesulitan. Namun jika terlalu terbiasa menggunakan cheat maka kemampuan kita akan menurun.

Kesimpulan: Orang hebat akan selalu diuji dengan cobaan yang berat dan lebih sulit, konon para nabi terdahulu adalah orang-orang terpilih yang telah melewati ujian yang super susah dan derajat mereka disisi tuhan lebih tinggi dari kebanyakan manusia lainnya. Cheat, main curang di dunia nyata, melanggar aturan Tuhan ini dilakukan untuk mempermudah namun sekaligus merendahkan derajat kita. Konon Ibu yang melahirkan anak sah hasil pernikahan akan lebih sulit dalam melahirkan, sedangkan anak hasil perzinahan akan mudah ketika proses kelahiran, ini adalah salah satu tanda bahwa menjadi orang hebat dan tinggi derajatnya itu ternyata lebih sulit. Pertanyaannya siapkah kita menjalani hidup yang semakin sulit? Semoga bermanfaat

Wasalam

Friday, April 14, 2017

RPP Metode MATCHING WORD BY WORD mempermudah Mengajar Pembelajaran Bahasa Inggris SD (Sekolah Dasar)

Beberapa tahun yang lalu saya pernah mengembangkan RPP Mata Pelajaran Bahasa Inggris yang berorientasi atau berfokus pada kemampuan siswa dalam menggunakan kamus Bahasa Inggris. Saya berasumsi bahwa siswa lulusan SD minimal harus mempunyai kemampuan atau kompentesi dalam menggunakan kamus Bahasa Inggris.

Metode yang saya gunakan saya namakan Metode FIND THE WORD atau "Mencari Kata". Dimana siswa akan diberikan tugas oleh guru untuk mencari beberapa kata dalam Bahasa Inggris kemudian mereka harus mencari tahu artinya dalam Bahasa Indonesia atau sebaliknya dengan menggunakan Kamus.

Misalnya, guru memberi soal berikut:
1. Why = ....
2. What = ....
3. When = ....
4. Where = ....
5. Who = ....
Kemudian siswa mencari artinya dalam Bahasa Indonesia, atau sebaliknya soal dalam Bahasa Indonesia kemudian siswa mencari artinya dalam Bahasa Inggris.

Kekurangan Metode FIND THE WORD
Walaupun dapat melatih kemampuan siswa dalam menggunakan kamus. Namun metode ini memiliki kekurangan, yaitu:
- Pertama: memakan waktu terlalu lama
  Menggunakan kamus untuk siswa yang belum terampil akan membutuhkan waktu yang cukup lama, sementara tuntutan materi yang ditargetkan cukup banyak. Sehingga ini akan membuat materi-materi yang telah direncanakan sebelumnya tidak tersampaikan 100%.

- Kedua: Kurangnya Media Belajar Kamus
  Tidak semua siswa memiliki kamus Bahasa Inggris, apalagi siswa yang orang-tuanya tidak mampu. Sekolah yang baik seharusnya menyediakan 20 sampai 40 kamus di perpustakaannya agar bisa dipinjam/digunakan sebagai media belajar. Namun saya yakin 90% atau mungkin lebih, sekolah SD di Indonesia rata-rata tidak memiliki stok kamus yang memadai di perpustakaan sekolahnya.

- Ketiga: Kata yang memiliki banyak arti dan atau sinonim atau homonin atau homograf
  Kadang-kadang ada kata yang memiliki banyak arti atau sinonim atau homonim jika diterjemahkan kedalam bahasa lain. Misalkan guru memberikan soal dengan kata "Age" :
1. Age = ...
maka bisa saja ada siswa yang menjawabnya dengan "umur" atau ada juga yang akan menjawab "usia" atau mungkin ada yang menjawab "jaman", dan sebagainya sehingga jawabannya akan ada banyak pilihan. Contoh lainnya misalkan guru memberikan soal dangan kata "Menyimpan" :
2. Menyimpan = ...
maka bisa saja ada yang menjawab dengan kata "save", atau "keep", "store", "hold", dan lain-lain
2. Menyimpan = save
2. Menyimpan = keep
2. Menyimpan = store
2. Menyimpan = hold
dan lain-lain
Ini akan menyulitkan guru ketika proses pemeriksaan pekerjaan siswa dan juga akan membuat siswa kesulitan menghafal kata-kata tersebut. 

Solusi: Metode MATCHING WORD BY WORD
Mungkin Metode FIND THE WORD ini tidak akan terlalu menghambat jika digunakan pada siswa SMP atau SMA keatas, namun untuk siswa SD saya tidak terlalu merekomendasikan ini walaupun mungkin sekali-kali boleh dicoba, untuk meningkatkan tantangan atau tingkat kesulitan apabila kemampuan siswa dirasa sudah cukup. Namun untuk mempermudah pembelajaran Bahasa Inggris di SD guru dapat mencoba metode yang saya namakan Metode MATCHING WORD BY WORD atau dalam Bahasa Indonesia bermakna sama dengan "Menjodohkan/Mencocokkan Kata per Kata"

Pada dasarnya metode ini hampir mirip dengan Metode FIND THE WORD diatas, namun guru memberikan pilihan jawaban yang baku sehingga jawaban dari soal-soal tersebut menjadi baku dan tidak bervariasi atau sesuai dengan keinginan guru saat merancang RPP.

Langkah pertama dalam menyusun soal-soal adalah dengan menentukan kata-kata dan arti/terjemahannya, misalkan:
1. umur = age
2. menyimpan = save
3. garis = line
4. penggaris = ruler
5. gambar = picture
6. murid = student
7. belajar = study
8. guru = teacher
9. mengajar = teach
10. memakai = use
Kemudian, langkah berikutnya adalah mengacak pilihan jawaban, misal:
A. use
B. teach
C. teacher
D. study
E. student
F. age
G. save
H. picture
I. ruler
J. line
Sehingga soal yang kemudian akan guru tulis di papan tulis adalah seperti berikut ini:


Sebaiknya pilihan jawaban dalam bahasa inggris dan ditulis diawal, kemudian barulah ditulis soal-soalnya. Dengan demikian siswa akan dilatih untuk menuliskan kata dalam Bahasa Inggris sebanyak dua kali, yaitu pada pilihan jawaban dan ketika mengisi jawaban. Harapannya siswa secara motorik dapat menuliskan kata-kata Bahasa Inggris dengan baik dan mengingatnya karena dilakukan lebih intens daripada kata-kata dalam Bahasa Indonesia-nya yang cuma ditulis 1x.

Jawaban yang diharapkan adalah sebagai berikut:

A. use
B. teach
C. teacher
D. study
E. student
F. age
G. save
H. picture
I. ruler
J. line
1. umur = age
2. menyimpan = save
3. garis = line
4. penggaris = ruler
5. gambar = picture
6. murid = student
7. belajar = study
8. guru = teacher
9. mengajar = teach
10. memakai = use

Setelah saya coba di kelas, ternyata metode ini dapat diselesaikan dengan waktu hanya kurang dari 1 jam. Jika siswa sudah cukup pandai, mereka dapat menyelesaikan 10 sampai 20 soal kurang dari 30 menit. Menurut saya Metode MATCHING WORD BY WORD ini sangat efektif dan efisien.

Tindak lanjut dari Metode ini adalah Teknik Pemeriksaan dan Pembahasan Soal oleh guru. Adapun langkah-langkan atau aturannya adalah sebagai berikut:
  1. Siswa yang sudah menjawab semua boleh mengumpulkan bukunya di meja guru
  2. Guru melakukan pemeriksaan dan mengoreksi pekerjaan/jawaban siswa tersebut sambil menunggu siswa yang lain selesai mengerjakan/menjawab soal.
  3. Pada jawaban yang benar di buku siswa guru memberikan tanda V atau cek
  4. Pada jawaban siswa yang salah, guru memberikan tanda X atau silang kemudian guru memanggil siswa tersebut untuk membetulkan jawaban yang salah tersebut.
  5. Guru memberikan kredit kepada siswa pertama atau tercepat dalam mengerjakan soal dengan memberi tanda-tangan atau dengan menuliskan kata FASTEST di bukunya.
  6. Guru memberikan tanda-tangan dan tanda apresiasi pada buku siswa-siswa yang menggumpulan, misalkan tanda FAST kepada siswa-siswa yang cukup cepat dalam mengerjakan soal, dan tanda SLOW di buku/pekerjaan siswa yang lambat, dan sebagainya.
  7. Jika sudah banyak siswa yang mengumpulkan tugasnya, misalkan 10 orang, guru dapat meminta satu per satu siswa yang telah mengumpulkan tugasnya untuk mengisi soal di papan tulis. Tujuannya adalah melatih keberanian siswa dan melatih hafalan kata-kata Bahasa Inggris yang baru saja mereka kerjakan sekaligus memberikan kemudahan kepada teman-temannya yang belum bisa menjawab semua soal yang telah di tulis di papan tulis.
  8. Jika semua soal dipapan tulis telah dapat dijawab, semua siswa tidak lama dipastikan sudah dapat mengumpulkan tugas-tugasnya di meja guru, dan guru hanya tinggal memberikan tanda tangan dan tanda tulisan SLOW kepada siswa yang masih lambat dalam menyelesaikan soal.
  9. Guru mengembalikan buku tugas siswa. 
Selanjutnya apabila masih ada waktu, metode ini dapat dilanjutkan dengan Metode RE-WRITING agar siswa lebih intensif menghafal dan menguasai kata-kata Bahasa Inggris. Apabila waktu sudah habis, guru dapat memberikan PR (Pekerjaan Rumah) kepada siswa serupa dengan Metode RE-WRITING. Metode ini cukup baik di terapkan dalam tugas Pekerjaan Rumah (PR).


Selamat mengajar!

Wednesday, April 12, 2017

Analisis Lembar Jawaban UAS/UTS Siswa Sebagai Feedback untuk Pengembangan RPP Pembelajaran Bahasa Inggris SD

     Dalam mengembangkan metode pembelajaran Mata Pelajaran Bahasa Inggris di Sekolah Dasar. Guru membutuhkan feedback atau umpan balik atau laporan mengenai sejauh mana progress peserta didik yang telah mendapatkan pengalaman belajar. Apakah metode tersebut sudah cukup efektif, masih butuh penyempurnaan, atau masih banyak hal yang perlu dibenahi?

Waktu yang Mepet VS Materi yang Banyak
Saat ini saya sedang mengembangkan METODE RE-WRITING atau TULIS-ULANG dengan fokus atau berorientasi pada Soal-Soal UTS/UAS. Menurut pengalaman saya dalam mengembangkan metode ini, salah satu kendala yang saya hadapi adalah waktu yang sangat sedikit. Sehingga saya atau guru-guru lain yang mungkin sama-sama mengembangkan RPP dengan orientasi pada soal-soal UAS ini mengalami kesulitan untuk mengejar target.

     Ideal nya, guru dapat membahas semua materi tepat sebelum UTS/UAS berikutnya dilaksanakan. Namun ternyata karena materi yang terlalu banyak memaksa kami untuk tidak menyampaikan seluruh materi tersebut 100% sesuai yang diharapkan. Karena orientasi pada RPP ini berfokus pada soal-soal UTS/UAS dimana ada sekitar 35 sampai 40 soal yang harus kami bahas dalam waktu kurang dari 3 bulan saja. Misalkan jam belajar Mata Pelajaran Bahasa Inggris ini di kelas hanya satu kali pertemuan per minggu dan hari masuk sekolah dikurangi hari-hari libur hanya 2 bulan saja per setengah semester. Untuk mempermudah saya membulatkan 2 bulan tersebut kedalam 9 minggu, karena satu bulan hanya 4 minggu lebih beberapa hari saja. Sehingga dalam waktu 9x pertemuan kami harus sudah bisa membahas 40 soal atau sekitar 5 soal per pertemuan atau per kegiatan pembelajaran. Dan menurut saya ini terlalu sulit untuk dilakukan. Karena sejauh pengalaman saya mengembangkan metode ini, kami hanya mampu membahas sekitar 1 sampai 3 soal saja per kegiatan belajar per minggunya. Itu pun plus sebagian materi yang terpaksa harus dijadikan PR atau Pekerjaan Rumah.

Solusi: Menyeleksi Sebagian Soal
Untuk mengatasi permasalahan tersebut diatas, sementara ini saya memilih untuk menyeleksi sebagian soal-soal UTS/UAS yang mayoritas belum dipahami atau dikuasai oleh siswa. Berdasarkan data-data nilai UTS/UAS siswa, paling tidak rata-rata siswa dapat menjawab 50% dari semua soal-soal UTS/UAS. Sehingga yang perlu dibahas kemudian adalah 50% lagi dari soal-soal yang rata-rata tidak dapat dijawab dengan benar oleh siswa. Sehingga beban jumlah soal yang harus dibahas per minggunya menjadi 3 soal saja.


Berikut ini contoh/sample data nilai UTS siswa:




Link: https://docs.google.com/spreadsheets/d/1yPxEBsqaQpYbLQTH3dEBITdz564ERc4l5lwV18bC5Vw/pubhtml

Download: https://docs.google.com/spreadsheets/d/1yPxEBsqaQpYbLQTH3dEBITdz564ERc4l5lwV18bC5Vw/pub?output=xlsx

Berdasarkan data tersebut diatas, pada minggu pertama setelah UTS saya merancang RPP untuk pertemuan pertama berdasarkan Soal UTS Nomor 7. Saya menggunakan Metode RE-WRITING (Tulis Ulang) dan Metode MATCHING WORD BY WORD (Menjodohkan Kata per Kata) dalam merancang RPP ini.


Tuesday, April 11, 2017

Soal-Soal Bahasa Inggris Kelas 4 UTS 2 SD (2016-2017)

Berikut ini soal-soal Bahasa Inggris Kelas IV Ulangan Tengah Semester II (UTS II) Tahun Pelajaran 2016-2017, yang telah dilaksanakan pada tanggal 10 Maret 2017 lalu:

download


download


BACA JUGA:

Soal-Soal Bahasa Inggris Kelas 5 UTS 2 SD (2016-2017)

Berikut ini soal-soal Bahasa Inggris Kelas V Ulangan Tengah Semester II (UTS II) Tahun Pelajaran 2016-2017, yang telah dilaksanakan pada tanggal 10 Maret 2017 lalu:

download


download


BACA JUGA:

Soal-Soal Bahasa Inggris Kelas 6 UTS 2 SD (2016-2017)

Berikut ini soal-soal Bahasa Inggris Kelas VI Ulangan Tengah Semester II (UTS II) Tahun Pelajaran 2016-2017, yang telah dilaksanakan pada tanggal 10 Maret 2017 lalu:

download

download

BACA JUGA: