Tuesday, August 13, 2019

IDE Solusi / Cara GOKIL saran agar MotoGP GAK Membosankan?

Valentino Rossi pernah bilang bahwa MotoGP semakin membosankan. Beberapa blogger dan netter juga ada yang berpendapat demikian. Tentunya membosankan dari sudut pandang pembalap dan penonton ada perbedaan. Beberapa fans MotoGP beranggapan MotoGP menjadi membosankan karena Marc Marquez terlalu mendominasi. Saya akui memang MM adalah pembalap terbaik di dunia saat ini, seperti halnya Valentino Rossi dan Mick Doohan di masa lampau.

بِسْمِ اللهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Selebrasi Valentino Rossi
Walaupun di masa lampau Valentino Rossi sering menjuarai MotoGP tapi saya merasa tidak semembosankan sekarang saat era kejayaan MM93. Mungkin karena unsur entertain yang membuat The Doctor tidak membosankan. Vale sangat pandai menghibur fans MotoGP dengan cara selebrasi-selebrasi yang lucu. Jorge Lorenzo sempat meniru ritual selebrasi Valentino Rossi. Namun karena akhir-akhir ini kedua pembalap ini jarang memenangkan race, akhirnya selebrasi konyol bin gokil pun seakan lenyap dari layar MotoGP.

Terlalu Sering Pole
Selain itu VR46 juga sering start dari posisi belakang sebelum ia menjuarai seri balapan MotoGP. Berbeda dengan Marquez yang terlalu sering menjadi pole sitter. Dengan mendapatkan hasil qualifikasi tercepat, Marquez sering mendapat pole position kemudian saat Race ia melesat di depan tak tersentuh oleh pembalap lain, tak terkejar. Ia mengingatkan saya pada Casey Stoner berjaya di Ducati yang jago kualifikasi dan kabur sendirian di depan saat balapan. "Marc bukan manusia tapi Alien", mungkin itu kira-kira kalimat yang sering diucapkan untuk menggambarkan betapa sulitnya pembalap lain mengejar The Baby Alien saat ia di depan memimpin balapan.

Stoner Comeback
Supaya MotoGP jadi GAK membosankan salah satunya, haruslah ada pesaing yang kuat untuk Marquez. Saya jadi kangen dan berandai-andai, jika Casey Stoner kembali ke MotoGP bersama tim Ducati atau mungkin KTM. Stoner jago dalam time attack, jadi Marquez akan mendapatkan lawan yang setara saat kualifikasi. Jadi pole sitter pun akan lebih sering berganti.

Marquez Harus Pindah Tim
Valentino Rossi sudah pernah hijrah dari tim Honda ke Yamaha kemudian dari Yamaha ke Ducati lalu kembali ke Yamaha. Begitu pula dengan Casey Stoner yang pernah juara dunia dengan dua pabrikan berbeda yaitu Honda dan Ducati. Jika Marquez pindah tim misal ke KTM atau Suzuki atau mungkin Aprilia, saya kira MotoGP akan lebih seru. Karena Marquez akan beradaptasi dengan motor baru dan mungkin tidak akan secepat ketika ia masih di Honda, sehingga ia tidak akan terlalu mendominasi. Keuntungan lainnya adalah tim lain akan terangkat prestasinya jika Marc Márquez bisa membawa tim tersebut juara atau paling tidak memiliki harapan juara dan menjadi pesaing kuat. Brand juga akan terangkat sehingga dapat meningkatkan penjualan.

Juara Dunia 3x berturut-turut harus Pindah Tim
Di kelas utama MotoGP, Marquez sudah 5 kali menjadi juara dunia. Bahkan sejak tahun 2016 sampai tahun 2018 Marquez sudah mencetak hatrick 3x Juara Dunia secara berurutan. Dan sebentar lagi Musim 2019 pun sepertinya akan menjadi milik Marquez kembali sehingga ia akan memegang titel ke-6 MotoGP-nya yang merupakan kali keempat berturut-turut sejak 2016. Menurut saya agar MotoGP gak membosankan seharusnya pembalap yang menjuarai MotoGP 3x berurutan harus pindah tim.

Line-Up Pembalap MotoGP harus sering direshuffle
MotoGP akan lebih seru biasanya saat musim pergantian line-up pembalap. Misalkan saat Jorge Lorenzo pindah dari Yamaha ke Ducati tahun 2017 dan tahun 2019 ketika ia pindah dari Ducati ke Honda. Atau pada 2011 saat Casey Stoner pindah dari Ducati ke Honda dan Valentino Rossi menyeberang dari Yamaha ke Ducati. Juga saat Casey Stoner bergabung dengan Ducati dari Honda LCR pada tahun 2007 dan langsung menjadi juara dunia baru. Dan juga pada tahun 2004 saat Valentino Rossi bergabung bersama Yamaha dari Honda juga langsung menjadi juara dunia MotoGP. Max Biaggi juga pernah hijrah dari Yamaha ke Honda pada Tahun 2003. Saat ini pembalap top makin jarang berganti motor/tim, misalnya Marquez sudah 7 tahun di Honda sejak 2013 sama seperti Rossi yang sudah dua kali 7 tahun bersama Yamaha yaitu 2004-2010 dan 2013-2019. Begitu pula dengan Andrea Dovizioso yang sudah 7 tahun bersama Ducati sejak 2013. Sedangkan Cal Crutchlow sudah 5 tahun bersama LCR Honda sejak 2015 sama seperti Danilo Petrucci di Ducati. Dulu Jorge Lorenzo pernah di Yamaha selama 9 tahun dan mempersembahkan 3 gelar untuk Yamaha, tapi Lorenzo tidak pernah menjuarainya secara berurutan seperti Rossi dan Marquez. Casey Stoner hanya pernah bersama Ducati selama 4 tahun saja. Akan lebih menarik jika kontrak pembalap hanya boleh 1 tahun sekali bersama tim yang sama, sehingga setiap tahun ada penyegaran. Untuk juara bertahan mungkin masih boleh lah diperpanjang menjadi 2 tahun, sebagai hadiah kepada tim yang berhasil membantu pembalapnya menjadi juara dunia.

Tiap Balapan Ganti Motor/Tim
Ide gila lainnya yang ada dipikiran saya adalah betapa serunya jika tiap seri race MotoGP tiap pembalap mengendarai motor yang berbeda. Misalkan pada seri pertama Qatar, Marquez menggunakan motor KTM tapi pada seri berikutnya menggunakan motor Aprilia atau bahkan Yamaha. Sepertinya akan lebih seru dan pemenang balapanpun akan semakin sulit ditebak. Jadi pembalap dikontrak oleh MotoGP bukan oleh tim. Sedangkan tim hanya bertugas menyediakan motor tanpa pusing mengurus kontrak pembalap. Dengan Aturan seperti ini

Poin Kulifikasi dan Reverse Pole
Supaya lebih seru starting grid hasil kualifikasi lebih baik dibalik saja. Misalnya Marquez mencetak lap time terbaik saat kualifikasi maka ia akan start dari posisi paling belakang. Sebagai gantinya, kualifikasi harus memiliki nilai poin. Jadi bila Marquez tercepat saat kualifikasi ia akan mendapatkan 25 poin dan bila ia bisa memenangkan balapan, maka total ia bisa mendapatkan 50 poin. Begitupula dengan posisi 2 tercepat kualifikasi akan start dari posisi 2 paling belakang misalkan Dovizioso berhasil mencetak waktu tercepat kedua saat kualifikasi maka ia akan mendapatkan point 20 dan start dari posisi 2 paling belakang tepat di depan Marquez, begitu dan seterusnya. Dengan demikian diharapkan akan terjadi banyak overtake, karena pembalap tercepat ada dibelakang dan pembalap paling lambat ada di depan dan mencoba mempertahankan posisinya dari serangan pembalap lain yang lebih cepat dibelakangnya. Saya jadi teringat Valentino Rossi yang pernah start dari posisi paling belakang atau pos 26 saat itu dan mampu finis di posisi 4 setelah mendahuli 22 pembalap di depannya, dan dia tertinggal 19 detik di belakang Lorenzo (1), Marquez (2), dan Dani Pedrosa (3). Saya mengandai-andai jika ketiga pembalap di depannya juga start dari posisi belakang misal Lorenzo (25), Marquez (24), dan Dani Pedrosa (23) apakah VR akan bisa juara dunia saat itu?

Bila ada ide lainnya agar kejuaraan MotoGP tidak membosankan silakan kawan-kawan tulis di kolom komentar. Thank you terimakasih! Wasalam

وَ السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

No comments:

Post a Comment